barca

barca
more than a club

Senin, 02 Oktober 2017

Review Film Ex Machina (2015).

Jujur saya belum pernah nonton film yg ber-genre Sci-Fi seperti ini, namun setelah Dosen saya memberi tahu bahwa film ini mengandung unsur Interaksi Manusia dan Komputer saya coba menontonnya. Bagi saya film sederhana seperti ini cukup menjelaskan seperti apa itu Interaksi Manusia dan Komputer. Pada awalnya saya lihat bahwa sang aktor utama merupakan aktor favorit saya yaitu Domnhall Gleeson, disini ia berperan sebagai programmer bernama Caleb yang bekerja di suatu perusahaan berbasis teknologi. Suatu ketika sang empunya perusahaan yang bernama Nathan, mengundang Caleb kerumahnya untuk melakukan tes terhadap robot yang diciptakan olehnya sendiri.

Pada saat saya melihat robot ciptaan Nathan yg saya pikirkan adalah "wow, ini ternyata yang disebut kecerdasan buatan / Artificial Intellegence (AI)." Sang robot bukanlah sekedar robot namun juga memiliki perasaan layaknya manusia dari mulai mengenal emosi manusia hingga memiliki perasaan menyukai lawan jenis. Robot ciptaan Nathan dinamai Ava. Tugas Caleb adalah menguji apakah Ava lulus dalam hal emosi dan berbagai tes untuk menentukan apakah sang robot layak untuk berbaur dengan manusia. Lucunya, dalam seminggu Caleb menguji Ava dengan berbagai macam pertanyaan, seminggu itu pula Ava menyukai Caleb. Mungkin kalian akan berfikir "hah? masa iya sih robot naksir sama manusia?" saya pun bertanya demikian dalam hati saya.

Singkat cerita, Caleb mengetahui bahwa Nathan memiliki rencana jahat terhadap robot ciptaannya sendiri. Apabila sang robot diketahui tidak lulus dalam tes maka ingatannya akan dihapus dan itu berarti kehancuran bagi sang robot.Mengetahui hal itu, Caleb mulai membantu Ava untuk pergi dari rumah Nathan namun tidak semudah yang dibayangkan. Mengingat rumah Nathan memiliki sistem keamanan yang tinggi, maka tidak semua pintu dapat diakses Caleb untuk membawa kabur Ava.

Pada menit-menit akhir saya mulai mengerti bahwa kecerdasan buatan manusia pun jika kita tidak teliti maka itu akan menjadi Boomerang bagi diri kita sendiri. Pada akhirnya Ava berhasil kabur dengan bantuan Caleb namun ia tidak hanya kabur tetapi juga membunuh Nathan. Ava sangat dendam terhadap Nathan karena ia memperlakukan ciptaannya sendiri dengan tidak baik. Disini saya mulai mengerti bahwa kecerdasan buatan juga mempunyai sisi negatif jika kita tidak memikirkan resikonya.

Menurut saya, film ini tidak jelek untuk sekelas film bergenre Sci-Fi, pemilihan aktor yang tepat dan cerita yang simpel membuat penonton mudah mengerti. Salah satu kelebihan film ini adalah pengenalan Interaksi Manusia dan Komputer yang sepanjang film berlangsung tidak henti-hentinya disuguhkan. Contohnya seperti penggunaan Kartu Pas (Pass Card) untuk memasuki rumah Nathan yang menggunakan deteksi wajah (Face Detector), robot ciptaan Nathan yang memiliki kecerdasan buatan sehingga memiliki sifat dan emosi yang mirip dengan manusia sungguhan, dan juga penggunaan kamera tersembunyi yang bisa mendeteksi adanya suara serta bentuk wajah seseorang. Overall, film ini bagus untuk kalian yang ingin tahu seperti apa itu Interaksi Manusia dan Komputer dan juga apa itu kecerdasan buatan / Artificial Intellegent (AI).

Kesimpulan yang saya dapat dari film ini adalah Interaksi Manusia dan Komputer bukanlah hal yang asing lagi di masa kini, sudah banyak teknologi yang mengandung unsur Interaksi Manusia dan Komputer contoh simpelnya saja kita menggunakan komputer untuk mengerjakan sesuatu itu sudah bisa disebut Interaksi Manusia dan Komputer. Tidak memungkinkan nanti nya di masa depan akan banyak lagi teknologi yang menggunakan kecerdasan buatan. Namun ada satu hal yang harus diperhatikan, yaitu kecerdasan buatan adalah 'Pisau Bermata Dua' ia bisa digunakan untuk kebaikan bisa juga digunakan untuk kejahatan. Maka alangkah baiknya kita memanfaatkan teknologi untuk menciptakan kecerdasan buatan yang bermanfaat bagi orang lain kelak. Dan ingat, kecerdasan buatan itu sendiri bisa menjadi 'Senjata Makan Tuan' apabila kita tidak memikirkan resikonya.


.